Clara adalah seorang puteri bangsawan dari kota Assisi ltalia.
la dilahirkan pada tahun 1193 dari ibu yang bernama Hortulana dan ayah bernama
Favarone. Meskipun Clara tinggal di dalam kemewahan istana kedua orang tuanya,
namun ia tidak tarlarut di dalamnya. Menurut kesaksian, dalam proses peresmian
Clara sebagai orang kudus, suster Pacifica de Guelfuccio – sebagai saksi I –
yang merupakan teman dekat Clara dan bertempat tinggal dekat rumah Clara –
mengatakan bahwa Clara adalah seorang puteri yang saleh, banyak melakukan ulah
tapa dan berdoa. la iuga biasa mengunjungi orang-orang miskin, memberi derma
dan membawakan makanan untuk mereka.
Clara sebagai puteri bangsawan, mendapatkan pendidikan yang
lazim bagi para puteri bangsawan di zaman itu. Pendidikan itu mencakup
pendidikan agama, ketrampilan yang diperlukan sebagai seorang puteri bangsawan
seperti: mengurus dapur rumah tangga besar, menjahit, memintal dan menyulam,
juga pendidikan membaca, menulis dan bahasa Latin sebagai bahasa resmi yang
digunakan pada masa itu. Seluruh pendidikan ditempuh di rumah dengan
mendatangkan guru-guru. Clara seorang yang cerdas. Ini terbukti dari
tulisan-tulisannya. la ternyata juga trampil. Dari kesaksian dalam proses
kanonisasi, terungkap bahwa Clara biasa membuat corporal, kain penutup Altar
yang kemudian dikirim ke gereja-gereja di sekitar kota Assisi. la juga membuat
alba, dalmatika, bahkan pernah membuat sepatu sandal dari kulit halus khusus
untuk kaki Fransiskus dari Assisi yang terluka karena Stigmata.
Clara seorang pribadi yang berani dan tegas. Ketika telah
berusia sekitar 17 tahun, saat harus menentukan arah hidupnya, Clara menolak
dengan tegas rencana pernikahan yang diperuntukkan baginya, Clara tidak mau
menyesuaikan diri dangan pola hidup tradisional puteri bangsawan pada masa itu.
Hari Minggu Palma malam, tanggal 18 Maret 1212, merupakan saat
titik balik hidup Clara. Malam itu bersama Pacifica, Clara melarikan diri dari
rumah untuk memulai suatu kehidupan yang dicita-citakannya; suatu pelarian yang
telah direncanakan secara matang selama satu tahun bersama Fransiskus dan yang
direstui oleh uskup kota Assisi yaitu Uskup Guido. Malam itu juga di kapel
kecil Portiuncula Clara menerima jubah seperti yang dikenakan olah Fransiskus
beserta kawan-kawannya dan mendapat “tonsura“ para rubiah, Fransiskus
sendirilah yang momotong rambut Clara dan memberinya kerudung. Untuk sementara
Clara bersama Pacifica tinggal di biara Benediktines guna melindungi diri dari
tindakan kekerasan ayah Clara yang ingin mengambil paksa dirinya.
Pada awal bulan Mei 1212, Clara mendapat hadiah dari Uskup Guido
yakni sebuah kompleks kecil dengan gereja San Damiano yang terletak kurang
lebih satu kilometer jauhnya dari kota Assisi. Setelah menempati kompleks kecil
di San Damiano itu, Clara dan para saudari menerima dari Fransiskus
petunjuk/pedoman tentang pola hidup injili yang mau diikuti. Sejak Clara
menempati biara kecil itu Allah terus menambah jumlah saudari-saudari di San
Damiano. Tercatat pada tahun 1233 jumlah penghuni San Damiano mencapai 50
orang.
Pada tahun 1215/1216 Clara mengajukan kepada Paus Innocentius
III suatu “Privilegium” (hak istimewa) untuk tidak memiliki harta milik tetap,
maksudnya sabagai jaminan hidup bagi Clara dan para saudarinya. Pormohonan
Clara tersebut dikabulkan oleh Paus Innocentius III. Berdasarkan “Privilegium
Paupertatis” ini Clara dan kelompoknya yang belum memiliki Anggaran Dasar telah
diakui sebagai suatu lembaga di dalam tata hukum Gereja. Dengan cara demikian
Clara dapat melaksanakan cara hidup yang dicita-citakan dengan berpedoman “Pola
Dasar Hidup” karangan Fransiskus dan “Privilegium Paupertatis” yang
diterimanya.
Pada tahun 1219, ciri gaya hidup kelompok Clara yang lain
dipertegas. Secara resmi San Damiano menerima pingitan. Praktek itu sebelumnya
sudah ada, tetapi secara hukum dipertegas. Sejak semula Clara memilih gaya
hidup kontemplatif dan dalam kerangka hidup kontemplatif itu ia mau mewujudkan
cita-citanya, Ia mau menjadi Hati dan Jantung Gereja, penggerak dari dalam dan
sumber hidup. Sejak semula Clara menyadari diri sebagai “pembantu Allah” dan
“penopang Gereja.” Dengan caranya sendiri ia mau memberikan sumbangannya kepada
seluruh umat Allah.
Pada tahun 1227 Kardinal Hugolinus, sahabat dan pendukung Clara
dipilih menjadi Paus dengan nama Gregorius IX (tahun 1227-1241). Segera Clara
mengajukan permohonan, agar “Privilegium Paupertatis” diteguhkan kembali secara
tertulis. Clara ingin sejak awal mengamankan mutiara itu. Pada tanggal 25 Mei -
17 Juli 1228, Gregorius IX tinggal di Perugia dan Assisi. Pada tahun itu, di
Perugia, Gregorius mengabulkan permohonan Clara. Paus Gregorius IX menyalin
surat Paus Innocentius lll, tetapi dengan mempersingkatnya sedikit. Beliau
tetap prihatin kalau-kalau kemiskinan seperti dicita-citakan Clara kurang realistis,
apalagi mengingat situasi sosio-politik masa itu yang memang kurang mantap dan
aman. Maka Paus tetap merasa perlu memberi jaminan hidup bagi kelompok di San
Damiano. Beliau menawarkan kepada Clara harta milik tetap (tanah, kebun anggur,
dll.) serta bersedia memberikan dispensasi, kalau mereka merasa diri terikat
pada janji mereka dahulu.
Namun Clara menjawab dengan tegas dan sekaligus menyingkapkan
dasar terdalam bagi kemiskinan yang diinginkannya. Ia menegaskan: “Kami tidak
ingin sama sekali dibebaskan dari hal mengikuti jejak Kristus.”
Clara menyadari cita-cita dasariahnya dapat “terancam” dari
pihak pimpinan tertinggi dalam Gereja. Clara juga tidak dapat menaruh terlalu
banyak kepercayaan pada Saudara-Saudara Dina. Sebab pengikut-pengikut
Fransiskus terus bertikai satu-sama lain mengenai gaya hidup. Ada sejumlah
saudara yang ingin meneruskan gaya hidup semula, yang mengandalkan kemiskinan
mutlak, tatapi ada juga sekelompk saudara yang mendukung perkembangan ordo ke
arah memperlunak praktek kemiskinan yang dihayati dan dijalani Fransiskus.
Dalam situasi semacam itu Clara merasa perlu menyusun Anggaran
Dasarnya sendiri dan mengusahakan pengesahan oleh takhta apostolik. Hal ini
samakin mendesak oleh karena penyakit Clara semakin parah. Pada tahun 1250, ia
mengalami masa kritis, sehingga sudah diberi sakramen pengurapan orang sakit.
Memang Clara menjadi sedikit lebih baik, akan tetapi jelaslah bahwa hidupnya
tidak lama lagi. Selanjutnya Clara hampir terus menerus berbaring di tempat
tidurnya.
Sekitar tahun 1251 Clara selesai menyusun Anggaran Dasarnya
sendiri, yang mungkin sudah mulai disusun sajak tahun 1247. Anggaran Dasar
Clara itu merupakan gabungan dari saduran Anggaran Dasar Fransiskus (th. 1221
dan 1223), beberapa dokumen dasariah (Pola Dasar Hidup, Wasiat Fransiskus,
Privilegium Paupartatis) dan aturan-aturan yang disadur seperlunya dari
konstitusi-konstitusi Paus Hugolinus dan Paus lnnocentius IV; ditambah beberapa
hal dari pengalaman hidup Clara sendiri. Keseluruhan Anggaran Dasar itu disusun
Clara dengan memakai latar belakang kebiasaan-kebiasaan yang ada di biara kecil
San Damiano. Oleh karena Clara memanfaatkan berbagai dokumen rasmi yang telah
disahkan, maka Anggaran Dasar Clara itu dapat diterima oleh para ahli hukum
Paus.
Selain menyusun Anggaran Dasar, ia juga menuangkan dengan utuh,
panjang lebar dan terperinci mengenai panggilan dan cita-citanya ke dalam
dokumen yang disebut sebagai wasiatnya. Di dalam wasiat inilah justru terungkap
kepribadian Clara yang matang dan merupakan warisan bagi para saudarinya dan
melalui mereka diwariskan kepada seluruh umat Allah yang selalu bergumul dangan
lnjil Yesus Kristus.
Pada tahun 1252 Clara sakit parah lagi. Sewaktu ia mendapat
kunjungan dari Kardinal Raynaldus dan menerima komuni dari tangan beliau, Clara
meminta agar beliau sebagai kuasa Paus mensahkan Anggaran Dasarnya. Permohonan
ini diterima oleh Kardinal. Meskipun Clara terhibur oleh hal itu, namun ia
merasa belum aman seluruhnya.
Seakan suatu kebetulan bahwa Paus Innocentius IV dengan para
pengiringnya tinggal di Perugia dan Assisi; dan ketika Paus mendengar tentang
sakit Clara, Paus mengunjunginya sampai dua kali. Kunjungan Paus ini
dimanfaatkan Clara untuk memohon pengesahan Anggaran Dasarnya. Pada tanggal 9
Agustus 1253, permohonan Clara secara lisan dikabulkan Sri Paus. Segera dokumen
resmi disusun oleh para pegawai Paus di Perugia. Pada hari berikutnya yakni
pada hari peringatan Santo Laurentius – Martir (10 Agustus) dokumen itu
dihantar oleh seorang Saudara Dina ke biara San Damiano. Dengan rasa gembira
dan puas Clara mencium dokumen itu yang merupakan hasil perjuangannya selama
empat puluh tahun. Pada tanggal 11 Agustus 1253, Clara dengan hati tenang
beralih kepada Mempelai Surgawinya.
Paus Innocetius IV dengan seluruh pengiringnya datang menghantar
jenazah Clara ke gereja St. Giorgio di Assisi, untuk dimakamkan di situ. Pada
tahun 1260 jenazah Clara dipindahkan ke Basilika St.Chiara di Assisi. Atas nama
para saudari di San Damiano sepucuk surat mengenai hal tersebut diedarkan
kepada semua saudari Ordo San Damiano yang telah terpencar di mana-mana
(sekarang Ordo Santa Clara). Ketika Clara meninggal dunia telah ada sekitar 120
biara yang berorientasi kepada biara San Damiano.
Tampak depan Basilika Santa Clara/Chiara di Assisi. Di dalamnya terdapat Kapel San Damiano.
Pada tahun 1255 Clara diresmikan sebagai orang kudus oleh
kardinal Raynaldus — sahabat dan pendukung penuh Clara — yang telah menjadi
Paus Alexander IV (tahun 1254-1261).
Tubuh St.Clara tetap utuh walaupun sudah wafat dan disimpan di dalam Basilika Santa Clara di Assisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar